Kecakapan Penting Anak Muda

HARI Ahad (29/8) lalu, saya diminta rekan-rekanita IPNU-IPPNU Lombok Timur untuk menjadi salah seorang pembicara di kegiatan Latihan Kader Muda (LAKMUD) yang bertempat di Ponpes Al Manan, Bagek Nyaka, Lombok Timur. Ponpes itu kini dipimpin oleh TGH.Zamharir Abdul Manan, salah seorang putra TGH.Abdul Manan, pendiri madrasah Jamaluddin. 

Ponpes itu bukan tempat yang asing bagi saya. Sejak usia sekolah dasar, setiap lebaran saya sering diajak ziarah oleh amarhum bapak kepada para tuan guru dan ziarah makam di Bagek Nyaka. Lokasi pondok saya, Ponpes Al Mujahidin juga tidak jauh dari sana. Kini pondok saya telah berubah nama menjadi Hidayatul Islamiah. Saya mulai nyantri Al Mujahidin ketika mulai naik kelas 3 SMP, sampai tamat SMA. Tentu saja saya punya kenangan (memori) yang tidak sedikit tentang Bagek Nyaka. 

Oleh panitia LAKMUD saya disodorkan materi tentang analisis media. Peserta LAKMUD ini 60 orang lebih. Bagi saya ini materi tingkatan advan (atas). Materi yang cocok bagi orang yang sudah lama mengkonsumsi berbagai macam media, baik media massa cetak, elektronik atau online. Saya sendiri mulai berkenalan dan mempelajari tema ini setelah sekian tahun aktif di pers kampus LPM RO’YUNA STAIN (sekarang UIN) Mataram dan menjadi anggota Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia (PPMI) di Mataram. 

Itu juga dibarengi dengan banyak membaca buku-buku tentang media diperpustakaan daerah, mengikuti pelatihan jurnalistik dan mengikuti investigasi. Sebagai aktivis pers kampus dan bercita-cita ingin bekerja sebagai wartawan (media), saat itu saya gemar sekali membaca berbagai hal tentang media. Untuk melengkapi kegemaran saya membaca tentang media itu, saya senang sekali mengetahui majalah PANTAU terbit. Majalah yang secara khusus mengulas sepak terjang wartawan dan pengelola media cetak, radio dan tv. 

Saat itu belum ada media online belum seramai sekarang. Meski harga majalah PANTAU lumayan mahal untuk ukuran kantong mahasiswa seperti saya, setiap bulan saya menyisihkan uang makan agar bisa membeli majalah itu diloper koran yang terdapat Mataram Mall. Satu-satunya pedagang yang menjual majalah yang digawangi oleh Andreas Harsono dan mengusung jurnalisme sastra.           

Hemat saya, anggota IPNU-IPPNU sebagian besar berasal dari desa dan masih menjadi santri, pengenalan mereka terhadap media masih kurang. Maka akan sulit untuk diajak bicara analisis media, baik dari segi isi (judul, foto, tata letak), ideologi atau jaringan bisnis serta politik pemilik media. Saya khawatir itu akan jadi angin lalu saja bagi mereka, bukan menjadi pengetahuan atau pemahaman penting bagi mereka. 

Setiap diminta menjadi pembicara atau diundang menyampaikan materi, saya terus berusaha menyampaikan hal-hal yang dekat dan akrab dengan seharian peserta. Bukan hal-hal jauh atau wacana-wacana melangit yang tidak diketahui atau akrabi oleh peserta dalam kehidupannya sehari-hari. 

Akibatnya daya tangkap atau serap mereka terhadap materi itu akan terbatas. Itu akan terlihat pada sesi percakapan, dialog atau tanya jawab antara pembicara dan peserta akan minim alias tidak nyambung. Peserta hanya akan menjadi pendengar, pasif dan mudah bosan. 

Untuk itu saya lebih suka membahas empat (4) kecakapan atau keterampilan utama yang mesti dimiliki anak muda, terutama bagi pelajar, mahasiswa anggota IPNU-IPPNU. Mungkin anda sudah sering mendengarkan hal ini, tapi pengamatan dan pengalaman saya nyantri, sekolah, kuliah dan bekerja– kecakapan itu sangat penting dimiliki oleh semua orang. Ini menyangkut tentang diri mereka, mungkin juga kondisi dan situasi yang mereka hadapi saat ini. Tugas pembicara membantu mengurai problem yang mungkin mereka hadapi. 

Pertama, Listening (Mendengar). Kecakapan mendengarkan itu sangat penting dimiliki semua orang. Dengan mendengar secara baik kita akan mengetahui dan memahami sesuatu dengan baik. Pada tahap ini lah proses penerimaan dan memasukkan informasi atau pengetahuan itu dimulai kemudian membentuk kita akan menjadi apa dan melakukan apa kita dimasa yang akan datang. 

Mengetahui cara mendengar yang baik dan benar, sangat bermanfaat menyerap hal-hal baik. Dan kita berhak memilih apa yang perlu didengar dan apa yang tidak perlu, agar informasi yang masuk  ke kita juga baik dan positif. Pada zaman banjir informasi  yang dibawa oleh media catak, online dan tv saat ini, kita dituntut untuk kritis dan selektif mendengar serta mengkonsumi (menerima) informasi.      

Kedua, Reading (Membaca). Membaca itu memasukkan, dengan banyak membaca kita sesungguhnya memasukkan berbagai hal yang akan membentuk pikiran dan mental kita. Hasil bacaan itu akan menentukan cara kita berpikir, cara kita melihat tantangan, solusi dan keputusan kita. Sadar atau tidak, apa yang kita baca akan membuka pikiran kita dalam melihat dunia masa lalu, sekarang dan masa depan kita. 

Ketiga, Speaking (Berbicara). Kemampuan berbicara yang baik bukan hanya sangat penting dalam berkomunikasi dengan orang lain yang berada bersama kita, namun juga penting ketika kita menyampaikan ide, gagasan, pandangan atau kritik kita terhadap sesuatu atau kejadian yang terjadi. 

Orang-orang yang memiliki kemampuan bicara yang baik, tertata, terstruktur dan mudah dipahami oleh orang lain tentu akan lebih mudah mencari pekerjaan, lebih mudah menyampaikan ide dan gagasannya. Lebih sering dipercaya dan dijadikan pemimpin dalam berbagai bidang. Gagasan atau ide yang tidak terkomunikasikan kepada orang lain hanya akan dinikmati oleh diri sendiri. Dan gagasan seperti itu tidak akan berkembang secara luas.    

Berbeda dengan orang yang bicara belepotan, tidak jelas, ngambang atau publik speakingnya buruk. Ia akan sulit berkomunikasi dan menjalin relasi, kerjasama dengan orang lain. Bukan kah setiap relasi dan kerjasama bisa membukan berbagai kesempatan persahabatan dan peluang rezeki baik yang sifatnya material maupun non material.        

Keempat, Writing (Menulis). Hampir semua profesi membutuhkan kemampuan menulis.  Kalau mendengarkan dan membaca itu memasukkan, maka berbicara dan menulis itu sesungguhnya mengeluarkan. Dengan tulisan orang menyampaikan ide, gagasan dan  pengetahuan. Dengan tulisan, ilmu pengetahuan, agama, tehologi dan kebudayaan jadi berkembang. 

Orang yang terbiasa menyampaikan ide, gagasan dan pengetahuannya dalam bentuk tulisan tentunya membutuhkan proses membaca dan belajar terus menerus. Ia ingin selalu tahu dan ingin belajar banyak hal agar tidak salah atau keliru memahami sesuatu. Ia terpanggil untuk menjadi menusia pembelajar, manusia yang bisa memberi, berbagi manfaat kepada orang lain melalui ide, gagasan atau pengetahuan yang ia tulis. Sampai kapan pun, kemampuan menulis akan selalu dibutuhkan dan perlukan oleh ummat manusia.

Saya selalu terpesona dan kagum kepada orang yang memiliki kemampuan listening, reading, speaking dan writing yang baik. Orang-orang yang memiliki empat kemampuan itu tentu memiliki posisi penting dan strategis ditengah masyarakat dan komunitasnya. Empat kemampuan itu juga akan menentukan kesuksesan dan capaian karir pekerjaannya.    

Empat hal diatas kedengarannya mudah dan sederhana, tapi hal itu tidak cukup untuk diketahui dan hapal. Ia akan menjadi pengetahuan, keterampilan dan kecakapan mana kali dilakukan dan praktekkan secara terus menerus. Empat kecakapan itu bukan ilmu warisan tapi ilmu yang bisa dipelajari dan akan dapat dipetik manfaat kalau ada kemauan dan kesungguhan mempelajari dan mempraktekkan.

Tak percuma saya menyampaikan 4 hal kecakapan penting itu kepada peserta, 5 orang penanya menyampaikan pertanyaan kepada saya. Pada hal saat itu waktu sudah sore dan menjelang waktu magrib tiba. Ada yang bertanya bagaimana cara bicara yang baik,  terstruktur dan tidak loncat-loncat ?. Bagaimana melatih kemampuan menulis tanpa punya media sosial ? Apa nama-nama media oposisi (kontra) dan dukung (pro) pemerintah ?  Bagaimana cara memilih bahan bacaan yang bermanfaat ? Bagaimana langkah-langkah menulis agar tulisan kita manarek dan disukai pembaca ? 

Dari beragam pertanyaan peserta LAKMUD itu kita bisa belajar dan mengukur sejauhmana daya tangkap dan pemahaman para pendengar/peserta terhadap materi yang kita sampaikan. Di sanalah salah satu letak kepuasan seorang pembicara atau pematari. Itu bisa menjadi bahan evaluasi dan pelajaran tersendiri sebagai pembicara (speaker). Ibarat memilih makanan, tuan rumah mesti bisa memilih makanan yang tepat bagi anak-anak, remaja atau orang tua agar makanan tersebut memberi manfaat bagi yang mengkonsumsi. [*]

* Penulis : Yusuf Tantowi (Peneliti /Kader Muda NU) 

Kunjungi Untuk Subscribe Yuk..