Home » , » Festival Pesona "BAU NYALE" 2017

Festival Pesona "BAU NYALE" 2017

 
Budaya Lombok - Lombok Tengah merupakan bagian dari Provinsi Nusa Tenggara Barat Indonesia. Di kabupaten ini terdapat beberapa objek wisata pantai yang sangat digemari wisatawan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan asing. Salah satu dari sekian banyak objek wisata pantai yang paling fenomenal di wilayah ini adalah Pantai Seger Kuta, sebuah pantai berpasir putih yang berada di Pulau Lombok bagian selatan. Pantai Seger berlokasi tepat di sisi kiri Hotel Novotel Kuta, sekitar 65 kilometer jika ditempuh dari Kota mataram. Keindahan panorama pantai membuat para pelancong berdecak kagum dengan tempat ini, view alamnya yang masih alami, air lautnya yang jernih dan tenang, sungguh tempat yang ideal untuk berenang dan bercengkrama dengan air laut yang membiru.

Selain keindahan panorama pantai dan alamnya, Pantai Seger di Kuta Lombok juga memiliki banyak daya tarik yang tidak kalah eksotis bagi para pelancong. Sekali setahun diantara bulan Februari dan Maret, di Pantai yang berpasir putih merica ini diadakan sebuah pesta rakyat dan upacara budaya yang begitu populer yaitu "BAU NYALE". Unsur kata "bau" dan "nyale" berasal dari bahasa suku Sasak Lombok dengan definisi "bau" yang berarti menangkap, dan "nyale" yang diartikan sebuah binatang laut sejenis cacing kecil yang hidup di karang dan lubang lubang batu dibawah permukaan laut. 


Event Bau Nyale adalah sebuah perayaan dan tradisi yang begitu melegenda dan memiliki nilai sakral yang sangat tinggi bagi suku asli Sasak. Perayaan Pesta Bau Nyale ini berkaitan erat dengan sebuah cerita rakyat yang berkembang di bagian Lombok Selatan, yakni di masyarakat Desa Pujut khususnya, dan masyarakat Lombok umumnya. Cerita Rakyat tersebut menceritakan tentang seorang putri di jaman dahulu kala yang begitu terkenal arif dan bijaksana, Putri Mandalika namanya. Dia adalah seorang putri yang berparas elok an cantik jelita dari seorang Raja yang berkuasa di Lombok. Wajah yang cantik, tubuhnya yang ramping dan perangainya yang baik, membuat para pangeran pangeran dari berbagai negeri di waktu itu ingin mempersuntingnya sebagai istri atau permaisuri. Setiap pangeran yang hendak datang melamarnya tidak ada yang ditolaknya. Namun, antara pangeran yang satu dengan pangeran pangeran yang lain tidak menerima jika sang Putri nan elok itu diperistri oleh banyak pangeran. Hal ini dianggap akan menjadi sumber peperangan antara kerajaan yang satu dengan lainnya. Hal itu pulalah yang membuat Putri Mandalika gelisah bukan kepalang, ia selalu menyendiri dan termenung, berfikir agar tidak terjadi pertumpahan darah karena perebutan dirinya.

Apa yang dilakukan oleh sang Putri Mandalika untuk menghindari terjadinya peperangan dan pertumpahan darah tersebut? Lalu siapa pangeran yang beruntung mempersunting Putri Mandalika?
Kisahnya sudah kami tuliskan dalam artikel sejarah : "Putri Mandalika, Putri Cantik Jelita yang Melegenda ".

Cerita rakyat yang kami sajikan di link tersebut kami anggap cerita teladan dan inspirasi yang mengandung nilai-nilai moral yang bisa dijadikan pedoman kehidupan sehari hari kita. Salah satunya adalah sifat rela berkorban. Sifat ini tercermin pada sifat sang Putri ketika ia merelakan diri dan mengorbankan jiwa raganya demi meredam gejolak dan terjadinya pertumpahan darah antara pangeran pangeran yang menginginkannya. Ia lebih meyakini bahwa mengorbankan dirinya akan lebih bermanfaat daripada mengorbankan masyarakatnya. 


Cerita tentang Putri Mandalika tersebut juga merupakan cerita yang begitu melegenda di kalangan masyarakat Lombok yang menceritakan asal usul perayaan Event Bau Nyale (menangkap cacing), terutama di kalangan suku Sasak asli. Hingga kini, masyarakat Lombok setahun sekali menyelenggarakan perayaan Bau Nyale antara bulan Februari dan Maret. Event Bau Nyale kini sudah menjadi salah satu daya tarik yang begitu ditunggu kedatangannya oleh para wisatawan asing. Oleh karenanya, Pemda Lombok Tengah menjadikan upacara sakral ini sebagai aset budaya lokal yang penyelenggaraannya telah menjadi event kegiatan budaya nasional. Tradisi Sakral yang melegenda ini diwariskan sebelum abad ke 16 masehi secara turun temurun oleh suku asli Sasak. Saat event ini dilangsungkan, semenjak sore hari masyarakat setempat dan masyarakat Lombok secara umum akan berdatangan dan ikut serta beramai ramai menangkap Nyale di sepanjang pesisir Pantai Selatan Lombok, terutama di Pantai Seger Kuta Lombok, Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah.

Semenjak berkembangnya dunia pariwisata di Lombok, Event Bau Nyale biasanya dirangkai dengan beragam kesenian lokal tradisional seperti Betandak (berbalas pantun), Bejambik (pemberian cindera mata kepada kekasih), serta Belancaran (pesiar dengan perahu), dan tidak ketinggalan pula pementasan drama kolosal Putri Mandalika, dihadiri oleh pejabat daerah setempat sampai jajarang pemerintah Provinsi NTB dan juga dari petinggi petinggi dari luar pulau Lombok.
Tradisi Bau Nyale sudah menjadi tradisi yang susah untuk ditinggalkan bagi masyarakat setempat, karena mereka meyakini bahwa upacara Bau Nyale ini memiliki tuah yang bisa mendatangkan kesejahteraan bagi yang menghargainya dan mudarat (bahaya) bagi yang menganggap remeh. Menurut keyakinan masyarakat Lombok, cacing laut yang sering juga disebut cacing palolo (Eunice Fucata) ini bisa membawa kesejahteraan dan keselamatan, terutama untuk kesuburan tanah pertanian agar menghasilkan panen yang memuaskan. Nyale yang telah mereka tangkap di pantai, biasanya akan mereka taburkan ke sawah sawah untuk kesuburan padi dan tanaman lainnya. Selain itu, Nyale juga mereka jadikan santapan lezat berupa emping Nyale, lauk pauk, obat kuat dan beberapa keyakinan lain yang mereka pikirkan.

Secara ilmiah, cacing Nyale yang pernah diteliti memang mengandung protein hewani yang begitu tinggi, selain itu Dr. dr. Soewignyo Soemohardjo dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa cacing Nyale bisa mengeluarkan zat yang terbukti mampu membunuh kuman-kuman. Sedangkan secara sosial dan budaya, berdasarkan sebuah survey di kalangan para petani di wilayah Lombok tengah, bahwasanya 70.6% responden yang membuang daun bekas pembukus Nyale Pepes ke area persawahan bisa membuat kesuburan tanah meningkat dan hasil pertanian masyarakat juga menjadi meningkat. 


Sumber Artikel: http://www.wisatadilombok.com/2015/01/event-bau-nyale-tradisi-sakral-dan.html

Silahkan di share ya?


0 komentar:

Kunjungi Untuk Subscribe Yuk..