Pada era yang modern dan serba instan ini rakyat seharusnya sudah bahagia dan sejahtera, namun pada kenyataannya tidaklah demikian. Banyak kelompok rakyat miskin di banyak desa, dipinggiran kota, didataran tinggi, dipedalaman maupin di pesisir dilanda risau dan kuatir dengan nasip mereka di tanah sendiri.
Dari hari kehari mereka kebingungan karna lingkungannya yg tidak mendukung kehidupan, secara relatif mereka semakin terpuruk dengan keadaan. Dinamika di kampung halaman mendorong rakyat untuk terbang mengais rizki di negeri orang.
Para penguasa negeri dan elite kapitalisme tak pernah terketuk untuk membantu pribumi dalam kelangsungan hidup, rakyat dijadikan boneka dalam pemilihan bahkan barang jualan untuk mencapai tujuan. Orientasi hanya uang (money orientik) tak pernah berpikir untuk kemaslahatan, atau untuk sedikit meringankan beban.
Sedikit orang yang bergerak membantu sesama itupun para penggerak sosial yang perekonomian menengah ke bawah, jarang sekali para penguasa dan penguasa yang membantu jika ada itupun hanya untuk pencitraan. Dimana para sarjana, para doktor, para pengusaha, para politikus apakah mereka tidak ada yang punya hati nurani..? Ataukah mereka sibuk menyusun anggaran untuk golongannya..? ahh lupakan mereka
Ingatlah kita hidup didunia hanya sekali, jadikan hidup kita berarti dalam kehidupan mereka. Mereka yang terlupakan dan terpinggirkan agar mereka tidak mengalah hidup di dunia.
Mereka selalu berdoa, suatu saat nanti ada yang tulus membimbing mereka menghadapi masalah kehidupan.
Anak kampung tidak akan pernah lupa dengan halamananya. Ketika mereka menunduk dan menyanyikan lagu Indonesia pusaka mereka mulai bangkit, bangkit bergerak mencari solusi dan menyelesaikan masalah sosial.
Anak kampung akan selalu merasa terpanggil melihat apa yang sedang terjadi.
Anak kampung akan selalu merasa terpanggil melihat apa yang sedang terjadi.
Salam Anak Kampung..
0 komentar:
Posting Komentar