Hari pahlawan dirayakan pada Setiap tanggal 10 November, 2 Hari
setelah itu yaitu setiap tanggal 12 November adalah “Hari Ayah Sedunia”
atau Father's Day. Meski tidak sepopuler Hari Ibu, Hari Ayah Tentunya
tidak luput dari kepedulian masyarakat ataupun Anak Indonesia.
Masih dalam Suasana Hari Ayah, (walaupun agak terlambat sih, yaah, sertidaknya lebih baik terlambat dari pada Tidak sama sekali kan? he) Aku Ingin berbagi Kisah Tentang Ayahku. Iya, Tentang Seorang Laki-Laki yang Telah membuatku Ada di Dunia ini, Laki-Laki yang Telah membanting Tulang Mencari Nafkah untuk memenuhi Kebutuhanku. Laki-Laki yang menjadi pemimpin di keluarga kecil kami.
Nama Kecilnya adalah "Kerep", Entah apa artinya. Namun begitulah Nama pemberian dari kakek dan nenekku kepada Ayah. Setelah memiliki seorang Anak, Yaitu Kakakku yang tertua yang bernama Sabri, dan Dalam Ayah dalam Bahasa Sasaknya Berarti Amaq, sehingga Panggilannya menjadi Amaq Sabri.
Ayahku adalah seorang Petani, Sama seperti diriku dibesarkan dari keluarga petani, sehingga Sawah, cangkul, Padi, sudah tidak asing lagi ditelinganya. Beliau mengenyam pendidikan hanya mampu Sampai SD itupun tidak Tamat. Karena pada saat itu seperti Ayah katakan, Pendidikan sangat mahal dan biaya untuk sekolahpun tidak ada, lagi pula dunia sawah itu lebih menantang.
Mengenai tanggal lahirnya, Akupun belum tau pastinya tahun berapa. Maklum orang tua dulu kan jarang mencatat Tanggal lahir anaknya, minimalnya hanya mampu mengingat harinya. namun sesuai yang tercetak di KTP yaitu sekitar Tahun 1960-an, Jadi kira-kira umur ayahku saat ini sekitar 50-an lebih.
Ayahku sangat keras dan tegas dalam membimbing kami, Anak-Anaknya. Bukan Hanya kepada kami. Dulukan Ayahku sempat Menjadi guru ngaji dikampung, Anak-Anak yang ngaji juga segan dan Takut pada ayahku. iya, setiap pengajian ayahku selalu membawa "Pecut", (Cambuq untuk Sapi), siapapun yang ribut ataupun berbuat kesalahan langsung dapet cambukan dari ayahku. kereeeen kan.. hehe
Pernah suatu ketika, Aku membuat kesalahan. Saat itu, Tidak suka masakan yang disajikan oleh ibuku, hingga aku buang piring, tendang jangkih (alat masak sebelum ada kompor, he), dan Pecahkan gelas.(Kayaq puisinya Rangga saja ya.. haha). Melihat aku seperti itu, Tanpa Berkata apa-apa, ayahku Langsung mengambil "Pecut". Aku di Cambuqnya sampai menyisakan bekas merah di tubuh. Iya langsung Lari sambil menangis menahan rasa sakit. Iyalah nangis.. Kan sakitnya Tuh Disini.. hehe. (Ingat lho ya, cerita ini waktu aku masih kecil, belum tau apa-apa.. haha)
Iya, Begitulah Ayah mendidikku, Dan Baru terasa Kerasnya Ayah mengajarkan banyak hal dan Tegasnya ayah memberikan banyak hal. dan sekarang aku bisa seperti ini tentunya berkat jasa-jasa beliau.
Selain itu, Ayahku adalah seorang Pekerja Keras. Ia bisa seharian berada di sawah, dari sebelum aku bangun ia sudah berangkat, dan pulangnya sebelum magrib bahkan bisa sampai isya. Untuk masalah makannya itu adalah tugas ibuku atau kadangkala aku yang mengantarkannya. Bahkan pernah beberapa kali Ayah samapi menginap disawah hanya karena ingin menjaga air Irigasi agar tetap masuk ke sawah dan mengairi seluruh area sawah.
Dalam dunia Percintaan, Ayahku adalah orang yang setia. Karena dalam pernikahannya beliau pernah bercerai apalagi meminta untuk menikah lagi. Meskipun dari cerita-cerita tetangga dulu waktu mudanya ayahku adalah seorang playboy, iya beda Tipislah sama Aku. Tapi sekarangkan sudah enggaq.. he. Sampai Ibuku meninggalpun Ayah tetap mencintai tak pernah berpikir sedikitpun untuk mencari pengganti. Saluuut dan Bangga padamu Ayah..!!
Setiap Ayah Pasti ingin memberikan Yang Terbaik untuk Anak-Anaknya. Begitu Pun Ayahku. Apa yang dikerjakan ayah secara moral salah pasti berharap aku
tidak meniru jalan hidupnya. Misalnya saja Dalam Hal Pendidikan, Ayahku Tidak ingin ku ikuti jejaknya hanya sampai SD. Aku terus didorong ayah untuk melanjutkan pendidikan, buktinya, walaupun kami dari keluarga petani yang tergolong ekonomi rendah, Ayahku mampu mengantarkan aku sampai masuk ke perguruan tinggi Ternama di Provinsi ini, Universitas Mataram. Fakultas Teknik Lagi, Yang SPP nya paling mahal kedua setelah kedokteran.
Ayahku adalah Pahlawan, tentunya karena kerja keras beliaulah, Anak-Anaknya Tumbuh besar ya termasuk aku. Tangannya Yang Kasar, Pundaknya yang lesuh, dan Kulitnya Yang hitam merupakan tanda-tanda perjuangan ayah untuk kami. Banting Tulang mencarikan kami nafkah, Tiada kata henti tiada kata mengeluh.
***
Ayah, Maafkan Aku jika aku Belum Bisa Menjadi Anak yang Baik.
Dulu waktu kecil, aku sering melawan Ayah, Tak pernah Peduli dengan Nasehat-Nasehat Ayah, Tak Pernah Mau mendengar Ayah.
Aku terlalu sering menyakiti ayah, mengabaikan setiap perintah ayah, bahkan sampai memberontak jika keinginanku ayah tidak penuhi.
Ayah, ketika aku beranjak remaja, Aku Sedikit bahkan tidak ada sama sekali waktu untuk ayah. Aku disibukkan dengan bermain dengan teman-temanku. menghabiskan waktu untuk hal-hal diluar rumah.
Dan kini Ayah, ketika aku sudah dewasa, Aku jarang sekali berkomunikasi dengan engkau ayah, aku terlalu sibuk untuk mengejar Studiku, sibuk dengan Organisasiku, iya, sibuk dengan wanita-wanita yang mengisi hatiku.
Ayah, Aku Rindu masa-masa dimana engkau mendongengkan kisah lucu, dan menceritakan peristiwa jaman dahulu. Dimana senyuman ayah menyatu dengan senyumanku. Aku ingin kembali kesaat itu ayah.
Ayah, Maafkan Aku belum menjadi Anak yang Sholeh, yang belum bisa membanggakan Ayah, Belum Bisa Memberikan Apa-apa untuk Ayah.
Terima Kasih Ayah, Telah membimbing dan Mendidik kami, kau besarkan kami dengan perjuanganmu Ayah.
Ayah, Doa akan selalu tercurahkan, semoga engkau diberikan kesalamatan Dunia maupun Akhirat. Engkau Adalah Ayah yang Baik, Ayah Yang Hebat. Kau adalah Pahlawanku. Karena Kasih sayang, Kerja keras Ayah Akan selalu terkenang dalam Hidupku. dan aku berjanji, suatu saat aku menjadi apa yang ayah harapkan.
Masih dalam Suasana Hari Ayah, (walaupun agak terlambat sih, yaah, sertidaknya lebih baik terlambat dari pada Tidak sama sekali kan? he) Aku Ingin berbagi Kisah Tentang Ayahku. Iya, Tentang Seorang Laki-Laki yang Telah membuatku Ada di Dunia ini, Laki-Laki yang Telah membanting Tulang Mencari Nafkah untuk memenuhi Kebutuhanku. Laki-Laki yang menjadi pemimpin di keluarga kecil kami.
Nama Kecilnya adalah "Kerep", Entah apa artinya. Namun begitulah Nama pemberian dari kakek dan nenekku kepada Ayah. Setelah memiliki seorang Anak, Yaitu Kakakku yang tertua yang bernama Sabri, dan Dalam Ayah dalam Bahasa Sasaknya Berarti Amaq, sehingga Panggilannya menjadi Amaq Sabri.
Ayahku adalah seorang Petani, Sama seperti diriku dibesarkan dari keluarga petani, sehingga Sawah, cangkul, Padi, sudah tidak asing lagi ditelinganya. Beliau mengenyam pendidikan hanya mampu Sampai SD itupun tidak Tamat. Karena pada saat itu seperti Ayah katakan, Pendidikan sangat mahal dan biaya untuk sekolahpun tidak ada, lagi pula dunia sawah itu lebih menantang.
Mengenai tanggal lahirnya, Akupun belum tau pastinya tahun berapa. Maklum orang tua dulu kan jarang mencatat Tanggal lahir anaknya, minimalnya hanya mampu mengingat harinya. namun sesuai yang tercetak di KTP yaitu sekitar Tahun 1960-an, Jadi kira-kira umur ayahku saat ini sekitar 50-an lebih.
Ayahku sangat keras dan tegas dalam membimbing kami, Anak-Anaknya. Bukan Hanya kepada kami. Dulukan Ayahku sempat Menjadi guru ngaji dikampung, Anak-Anak yang ngaji juga segan dan Takut pada ayahku. iya, setiap pengajian ayahku selalu membawa "Pecut", (Cambuq untuk Sapi), siapapun yang ribut ataupun berbuat kesalahan langsung dapet cambukan dari ayahku. kereeeen kan.. hehe
Pernah suatu ketika, Aku membuat kesalahan. Saat itu, Tidak suka masakan yang disajikan oleh ibuku, hingga aku buang piring, tendang jangkih (alat masak sebelum ada kompor, he), dan Pecahkan gelas.(Kayaq puisinya Rangga saja ya.. haha). Melihat aku seperti itu, Tanpa Berkata apa-apa, ayahku Langsung mengambil "Pecut". Aku di Cambuqnya sampai menyisakan bekas merah di tubuh. Iya langsung Lari sambil menangis menahan rasa sakit. Iyalah nangis.. Kan sakitnya Tuh Disini.. hehe. (Ingat lho ya, cerita ini waktu aku masih kecil, belum tau apa-apa.. haha)
Iya, Begitulah Ayah mendidikku, Dan Baru terasa Kerasnya Ayah mengajarkan banyak hal dan Tegasnya ayah memberikan banyak hal. dan sekarang aku bisa seperti ini tentunya berkat jasa-jasa beliau.
Selain itu, Ayahku adalah seorang Pekerja Keras. Ia bisa seharian berada di sawah, dari sebelum aku bangun ia sudah berangkat, dan pulangnya sebelum magrib bahkan bisa sampai isya. Untuk masalah makannya itu adalah tugas ibuku atau kadangkala aku yang mengantarkannya. Bahkan pernah beberapa kali Ayah samapi menginap disawah hanya karena ingin menjaga air Irigasi agar tetap masuk ke sawah dan mengairi seluruh area sawah.
Dalam dunia Percintaan, Ayahku adalah orang yang setia. Karena dalam pernikahannya beliau pernah bercerai apalagi meminta untuk menikah lagi. Meskipun dari cerita-cerita tetangga dulu waktu mudanya ayahku adalah seorang playboy, iya beda Tipislah sama Aku. Tapi sekarangkan sudah enggaq.. he. Sampai Ibuku meninggalpun Ayah tetap mencintai tak pernah berpikir sedikitpun untuk mencari pengganti. Saluuut dan Bangga padamu Ayah..!!
Setiap Ayah Pasti ingin memberikan Yang Terbaik untuk Anak-Anaknya. Begitu Pun Ayahku. Apa yang dikerjakan ayah secara moral salah pasti berharap aku
tidak meniru jalan hidupnya. Misalnya saja Dalam Hal Pendidikan, Ayahku Tidak ingin ku ikuti jejaknya hanya sampai SD. Aku terus didorong ayah untuk melanjutkan pendidikan, buktinya, walaupun kami dari keluarga petani yang tergolong ekonomi rendah, Ayahku mampu mengantarkan aku sampai masuk ke perguruan tinggi Ternama di Provinsi ini, Universitas Mataram. Fakultas Teknik Lagi, Yang SPP nya paling mahal kedua setelah kedokteran.
Ayahku adalah Pahlawan, tentunya karena kerja keras beliaulah, Anak-Anaknya Tumbuh besar ya termasuk aku. Tangannya Yang Kasar, Pundaknya yang lesuh, dan Kulitnya Yang hitam merupakan tanda-tanda perjuangan ayah untuk kami. Banting Tulang mencarikan kami nafkah, Tiada kata henti tiada kata mengeluh.
Aku dan Ayah |
***
Ayah, Maafkan Aku jika aku Belum Bisa Menjadi Anak yang Baik.
Dulu waktu kecil, aku sering melawan Ayah, Tak pernah Peduli dengan Nasehat-Nasehat Ayah, Tak Pernah Mau mendengar Ayah.
Aku terlalu sering menyakiti ayah, mengabaikan setiap perintah ayah, bahkan sampai memberontak jika keinginanku ayah tidak penuhi.
Ayah, ketika aku beranjak remaja, Aku Sedikit bahkan tidak ada sama sekali waktu untuk ayah. Aku disibukkan dengan bermain dengan teman-temanku. menghabiskan waktu untuk hal-hal diluar rumah.
Dan kini Ayah, ketika aku sudah dewasa, Aku jarang sekali berkomunikasi dengan engkau ayah, aku terlalu sibuk untuk mengejar Studiku, sibuk dengan Organisasiku, iya, sibuk dengan wanita-wanita yang mengisi hatiku.
Ayah, Aku Rindu masa-masa dimana engkau mendongengkan kisah lucu, dan menceritakan peristiwa jaman dahulu. Dimana senyuman ayah menyatu dengan senyumanku. Aku ingin kembali kesaat itu ayah.
Ayah, Maafkan Aku belum menjadi Anak yang Sholeh, yang belum bisa membanggakan Ayah, Belum Bisa Memberikan Apa-apa untuk Ayah.
Terima Kasih Ayah, Telah membimbing dan Mendidik kami, kau besarkan kami dengan perjuanganmu Ayah.
Ayah, Doa akan selalu tercurahkan, semoga engkau diberikan kesalamatan Dunia maupun Akhirat. Engkau Adalah Ayah yang Baik, Ayah Yang Hebat. Kau adalah Pahlawanku. Karena Kasih sayang, Kerja keras Ayah Akan selalu terkenang dalam Hidupku. dan aku berjanji, suatu saat aku menjadi apa yang ayah harapkan.
0 komentar:
Posting Komentar