|
*Yusuf Tantowi (Penulis) |
Selalu ada yang 'kurang' kalau belum membuat catatan tentang pertemuan, perjalanan atau kegiatan yang kita ikuti. Selalu ada yang baru dan menarik untuk dibagikan kepada teman- teman netizen rahimakumullah. Saya berharap netizen tidak bosan dengan narasi-narasi panjang yang selalu saya bagikan diberanda Facebook ini.
...
Foto-foto, video sebuah kegiatan dan tempat yang terekam oleh kamera sejatinya bukan hanya merekam bentuk tubuh secara zahir tapi menjelaskan tentang ide, gagasan, semangat dan motivasi untuk terus belajar dan berubah mengikuti perkembangan zaman. Seperti pelatihan menulis bebas & kreatif yang diadakan oleh rekan-rekan IPNU - IPPNU Lombok Timur, Ipnu Lotim Minggu, (5/11) lalu. Rekan - rekan & rekanita IPNU - IPPNU itu tak ubahnya bibit -bibit berkuwalitas yang terus tumbuh, berbunga dan akan jadi buah yang lahir dari rahim madrasah - pondok pesantren NU.
Saya baru tahu ternyata Ponpes Nahdlatus Shaufiah, Desa Wanasaba, Lombok Timur tempat acara berdiri sejak tahun 1968. Pendiri adalah TGH. Zainudin, asal Tanjung. Peran TGH.Zainudin cukup besar menjadikan Desa Wanasaba - sekarang berkembang menjadi kota kecamatan - sebagai salah satu basis NU di Lombok Timur. Pemimpin Ponpes ini lalu dilanjutkan oleh putra beliau, TGH. L.Wildan. TGH.L.Wildan sendiri pernah menjadi Ketua Tanfizd ke - 5 PWNU NTB dengan sekretaris H. Bil'id Ms.A dari tahun 1968 - 1973. Rois Syuriah waktu itu TGH.Shaleh Wake dan Katib, Abdul Gofur Rowi.
Wajar kalau kemudian sistem kepengurusan pondok ini menggunakan sistem atau nama jabatan persis seperti di NU. Pengurus tertinggi disebut Rois Syuriah, Katib, Ketua harian Ketua Tanfiziyah dan Sekretaris Tanfiziyah. Pemilihan pengurus pun menggunakan istilah konfirmasi seperti pada pemilihan pengurus NU dari tingkat PW, PC dan MWC. Sistem dan cara pengurusan terlihat dari kartu anggota (jamaah) Nahdlatus Shaufiah. Tidak banyak yang bisa saya gali dari para pendiri dan penggerah NS ini. Kalau saja agak lama disana banyak hal bisa dieksplor.
Maka tepat sekali pemilihan lokasi acara pelatihan menulis dan media sosial yang dipilih oleh rekan-rekan dan rekanita IPNU - IPPNU Lombok Timur. Ternyata lokasi acara tersebut memang di bangun dan diwariskan oleh tokoh dan penggerak NU NTB. Jadi jelas sekali pendirian Ponpes dan lembaga pendidikan tersebut dimaksudkan untuk melahirkan kader-kader NU militan yang akan meneruskan, mengembangkan paham Aswaja Nahdliyah dan siap mengarungi perkembangan zaman.
Hal lain, ternyata peserta pelatihan menulis dan media sosial itu diikuti oleh banyak peserta. Selain anggota dan pengurus IPNU-IPPNU Lombok Timur, peserta yang hadir juga berasal dari urusan madrasah - madrasah dan pondok NU di Lombok Timur. Ini penting agar adek-adek yang masih duduk di bangku sekolah dan madrasah bisa belajar dari kakak-kakak atau senior-seniornya. Interaksi itu bukan hanya akan membangun komunikasi tapi juga interaksi dan inspirasi bagi mereka.
Kalau pelatihan -pelatihan seperti itu bisa dimaksimalkan dengan mengundang semua sekolah atau madrasah NU yang jumlahnya bisa puluhan atau ratusan itu tentu akan mendekatkan lagi peran dan kontribusi NU bagi tumbuh kembang mereka. Mereka bisa belajar hal-hal baru yang secara produktif dan bisa mengenal perkembangan dunia luar dari pengalaman-pengalaman senior mereka.
Yang saya salut dari peserta pelatihan itu, mereka ternyata cukup semangat untuk bertanya hal-hal yang terkait kemampuan menulis, media sosial dan personal branding. Saya merasa dibrondong berbagai macam pertanyaan oleh mereka. Kalau saja tidak dibatasi waktu tentu kita bisa praktik langsung menulis bebas untuk dibagikan di media sosial mereka masing-masing.
Kepada mereka semua yang hadir ditempat itu, saya mengingatkan bagaimana memanfaatkan internet, HP, media sosial untuk menyebarkan narasi-narasi yang baik dan produktif. Manfaatkan HP & kuota internet yang kita miliki untuk belajar menulis hal-hal yang baik dan positif. Jadikan media sosial seperti Facebook, Intagram, website, blog sebagai 'kolam penampung' karya -karya kita. Selain disana akan terkumpul, bisa dinikmati oleh orang tapi akan menjadi data digital yang akan bermanfaat dikemudian hari.
Media sosial itu juga akan menjadi wajah, cermin dan curikulum vitae (CV) paling hebat yang bisa dilihat dan diakses oleh lain (publik) secara luas. Dari situ akan terbangun terkumpul pengikut, interaksi bahkan kerjasama dengan orang-orang yang membutuhkan kemampuan kita. Generasi berikut juga bisa mengakses berbagai yang yang telah kita lakukan dan capai selama periode tertentu hanya dengan melihat media sosial kita.
Makanya menggabungkan kemampuan membuat narasi (tulis), media sosial dan membangun personal brending dari sana selalu dibutuhkan (aktual) setiap zaman. Itu lah mengapa saya aktif mendorong teman-teman muda NU untuk mempelajari dan menguasai berbegai bidang tersebut. Dan hal-hal seperti ini kadang tidak pernah terlintas di kepala generasi yang lebih tua.
Saya setuju, apa pun dilakukan oleh kader-kader muda NU, itu tergolong sebagai bagian dari gerakan penguatan dan pemberdayaan bagi kader-kader NU. Pengurus NU dari berbagai tingkatan harus terus menerus melakukan penguatan dan pemberdayaan mengikuti kebutuhan zaman dan masa. Lebih-lebih dalam hal literasi tulis dan media sosial. Anak-anak muda NU masa kini mesti didekati dengan kebutuhan mereka. Kini tersebar kader-kader NU yang bisa dimintai sharing pengalaman dalam berbagai bidang. Tinggal dimanfaatkan atau tidak.
Terima kasih pak Bang Pahrudin, Musfet Amaq Adzkia, Orii Kangkung, Asan Putra Korda , Masku sudah menyamai rekan-rekan & rekanita IPNU - IPPNU Lombok Timur sebagai bagian kaderisasi. Tumbuh subur dan melimpah kader-kader Aswaja Nahdliyah Lombok Timur. (*)
#pelatihanmenulisbebas
#gerakanlitetasipesantren
#literasiipnuippnulomboktimur
#pcipnuippnulomboktimur
#ponpesnadlatusshaufiah
#literasimediasosial
#nulomboktimur
#desawanasaba #kangkungisme